Blog ini masih dalam pengembangan. Berbagi tidak hanya berbentuk materi, tetapi berbagi tulisan pun dapat memberikan kebahagian tersendiri.

TEKNIK PEMANCINGAN

Posted by Rizal Effendy Panga Sabtu, 02 Maret 2013 1 komentar


A. Pendahuluan
Dalam penelitian, pengumpulan data penelitian dilakukan tidak hanya sekadar mengambil data sesuai dengan data permukaan saja, namun pengumpulan data diarahkan kepada pengambilan data secara mendalam. Pengambilan data secara mendalam memungkinkan seorang peneliti untuk menemukan fenomena baru yang mendukung uraian analisnya. Dalam mengambil data seorang peneliti dapat melaksanakan dengan dua cara, yaitu: mengungkap dirinya sebagai seorang peneliti atau berbaur dengan masyarakat tanpa harus mengenalkan dirinya sebagai seorang peneliti.
Untuk menggali lebih mendalam, maka diperlukan sebuah teknik. Teknik ini disebut teknik pemancingan. “Pemancingan yang mempunyai tujuan yang terarah benar memungkinkan seorang peneliti mengulangi suatu bahasa yang belum pernah dipelajarinya dan dalam waktu singkat sanggup melahirkan suatu deskripsi yang mengandung kumpulan fakta yang banyak” (Samarin, 1988: 162). Teknik pemancingan dilakukan oleh seorang peneliti untuk memperoleh data secara mendalam dalam jumlah fakta yang banyak untuk mendukung peneliti dalam menganalisis data.
Dalam makalah ini akan dipaparkan beberapa bagian untuk memahami konsep teknik pemancingan. Adapun paparan tersebut adalah sebagai berikut: definisi teknik pemancingan, metode cakap atau percakapan, sifat dasar pemancingan, jenis teknik pemancingan, langkah-langkah dalam pemancingan, dan menganalisis dan mengecek hasil pemancingan.

B. Definisi Teknik Pemancingan
Secara etimologis, Teknik Pemancingan berasal dari dua buah kata, yaitu teknik dan pemancingan. Teknik adalah cara membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni; metode atau sistem mengerjakan sesuatu. Sedangkan pemancingan yang berasal dari kata pancing memiliki pengertian sebagai berikut: mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan keterangan atau data yang diperlukan (KBBI offline 1.3).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, teknik pemancingan adalah Metode atau cara untuk mendapatkan keterangan atau data yang diperlukan yang berhubungan dengan seni berkomunikasi untuk menggali informasi secara mendalam.

C. Metode Cakap atau Percakapan
Metode cakap adalah metode pengumpulan data dengan cara percakapan antara peneliti dan informan, dengan melakukan kontak antarmereka secara lisan. Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik pancing, karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode tersebut hanya dimungkinkan muncul jika peneliti member stimulasi (pancingan) pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti. Pancingan atau stimulasi itu dapat berupa bentuk atau makna-makna yang biasanya tersusun dalam bentuk daftar pertanyaan (Mahsun, 2011: 95-96).
Agar dapat memahami metode cakap sebagai induk dari teknik pancing, maka di bawah ini akan disajikan bagan yang menggambarkan sebuah proses pengumpulan data dengan menggunakan metode cakap.


Bagan : Metode cakap (Sudaryanto, 1993:140)


Dari bagan tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa, metode cakap merupakan metode yang menggunakan percakapan dalam pengumpulan data. Percakapan itu terjadi antara peneliti dan informan. “Metode cakap ini dapat disejajarkan dengan metode wawancara atau interview dalam ilmu sosial khususnya antropologi” (Sudaryanto, 1993: 137). Metode cakap ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu: teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar metode cakap adalah teknik pancing. Teknik pancing merupakan upaya menggali data secara rinci dari informan secara lisan melalui percakapan. Percakapan ini diharapkan mengalir secara alami, sehingga informan tidak menyadari jika peneliti menginginkan informasi yang lebih banyak.
Suasana kekerabatan juga penting dalam keberhasilan sebuah proses pemancingan data dari informan. Seorang peneliti yang mampu membaur dan diterima oleh informan, secara otomatis informan tidak akan menyadari jika dirinya sedang dipancing untuk memberikan data yang diperlukan oleh peneliti. Informan akan bertutur selayaknya bertutur kepada saudara mereka, tanpa ada yang disembunyikan, berjalan secara alamiah. Kondisi inilah yang diharapkan dalam proses pemancingan agar data yang dihasilkan benar-benar bisa mewakili objek penelitian yang ditentukan oleh peneliti.
Teknik pancing sebagai teknik dasar dibagi menjadi dua bagian yang merupakan teknik lanjutan. Adapun teknik lanjutan dari metode cakap ini sebagai berkut: percakapan langsung atau bersemuka (tatap muka) dan percakapan tidak langsung atau tansemuka (tidak tatap muka. Teknik yang menggunakan percakapan langsung disebut teknik cakap semuka, sedangkan teknik yang menggunakan percakapan tidak langsung disebut teknik cakap tansemuka.
Teknik cakap semuka media komunikasinya adalah bahasa lisan. Seorang peneliti dan informan saling berhadapan dan secara langsung terlibat dalam sebuah tema percakapan. Teknik ini mengharuskan kehadiran seorang peneliti dan informan dalam satu tempat dan terlibat pembicaraan yang sama. Dengan teknik ini, seorang peneliti dapat memancing dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Dari pertanyaan satu berkembang menjadi pertanyaan berikutnya. Namun, yang perlu dipahami peralihan pertanyaan satu ke pertanyaan lain harus mengalir selayaknya orang bercakap-cakap, tidak ada kesan mengintimidasi, atau menginterogasi informan. Jika terkesan menyelidiki, biasanya orang akan segera menutup diri dan akan menjawab pertanyaan peneliti secara permukaannya saja. Dalam hal ini, seni berkomunikasi seorang peneliti sangat menentukan keberhasilan dari proses pemancingan data ini.
Teknik cakap semuka juga dibarengi dengan proses teknik rekam. Teknik rekam berguna untuk mendokumentasikan kealamiahan data. Selain itu, hasil dari proses rekam ini menjadi acuan peneliti ketika menganalisis data. Mengapa harus direkam? Jawabannya sederhana, peneliti tidak akan bisa mencatat keseluruhan isi pembicaraan, dan ketika proses percakapan berlangsung seorang peneliti melakukan pencatatan, maka secara tidak langsung percakapannya tidak akan mengalir karena harus menunggu peneliti menyelesaikan catatannya. Kondisi ini akan memberikan dampak psikologis baik bagi peneliti maupun informan. Sehingga teknik rekam ini digunakan dalam teknik cakap semuka yang menginginkan kealamiahan sebuah data.
Teknik berikutnya adalah teknik tansemuka. Teknik tansemuka adalah teknik pemancingan lanjutan yang menggunakan bahasa tulis sebagai media pemancingan. Seorang peneliti tidak perlu datang ke lokasi penelitian untuk bertemu dengan informan. Peneliti hanya membuat kesepakatan kerjasama kepada informan untuk menunjang penelitian yang digunakannya. Dengan teknik ini, peneliti dapat mengirimkan instrumen atau pertanyaan-pertanyaan yang mewakili objek data. Proses tertulis ini bisa melalui pos, atau bisa juga melalui surat elektronik atau email. Secara waktu, penggunaan teknik ini cukup efisien dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar. Namun secara alamiah, teknik ini tidak bisa merasakan kondisi tuturan yang sebenarnya. Seorang peneliti hanya bisa menghadirikan data, tetapi tidak bisa menguraikan kealamiahan data tersebut.
Teknik cakap semuka dan teknik cakap tansemuka memerlukan teknik lanjutan berikutnya, yaitu teknik catat. Pencatatan ini dilakukan untuk mengelompokkan data. Pencatatan data dapat dilakukan pada kartu data yang telah disiapkan. Teknik catat ini bertujuan agar memudahkan peneliti dalam menganalisis data agar lebih sistematis dan terukur. Hasil pencatatan ini akan menghasilkan klasifikasi data yang berupa kartu-kartu data yang siap untuk dianalisis. Kartu-kartu data ini juga memudahkan seorang peneliti, ketika ingin menulis laporan hasil penelitian.

D. Sifat Dasar dan Kegiatan Kerja Teknik Pemancingan
Teknik pemancingan mempunya beberapa sifat dasar. Sifat ini membedakan teknik pemancingan dari teknik yang lain. adapun sifat dasar dari teknik pemancingan adalah sebagai berikut:
1. Tuturan yang diperoleh melalui pemancingan itu pendek-pendek, umumnya tidak lebih panjang dari suatu kalimat tunggal dan biasayan di luar konteks;
2. Pemancingan ditujukan terhadap analisis beberapa aspek sistem linguistis. Semua tuturan itu mempunya nilai sejauh mana tuturan tersebut dapat memberikan bantuan kepada peneliti untuk menerangkan suatu sistem yang menjadi kajiannya;
3. Pemancingan dibatasi oleh hubungan-hubungan manusiawi yang terjalin akrab antara peneliti dan informan yang mempengaruhi sifat-sifat data yang diperoleh dan diinterpretasikannya (Samarin, 1988: 162-163).
Sifat dasar teknik pemancingan ini menjadi acuan juga dalam menyusun daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh seorang peneliti. Namun, pemancingan, juga dapat disusun dalam bentuk lisan dan spontanitas bergantung kondisi pada saat tatap muka. Ada tiga poin penting dalam memahami sifat dasar dari pemancingan, yaitu hasil pemancingan tuturan singkat, tidak semua tuturan bisa bermanfaat, dan hubungan manusiawi berkenaan dengan suasana hati antara peneliti dan informan.
Selain sifat dasar teknik pemancingan, pemancingan harus melalui proses prosedur kerja yang tepat agar mendapatkan hasil yang maksimal. “Pemancingan sebagai teknik pengumpulan korpus dan analisis bahasa akan sangat berhasil jika dijadwalkan dengan benar” (Samarin, 1988: 163). Pemancingan pada saat yang kurang tepat, tentu tidak akan mendapatkan data secara lengkap. Sebagai conto: jika seorang peneliti mengambil data, khususnya pada saat memancing ketika informan kita sedang melakukan pekerjaan. Informan kita tidak fokus, sementara peneliti seakan tidak memahami kesibukan dari informannya.
Ada beberapa langkah prosedur kerja dari teknik pemancingan dengan memperhatikan kondisi informan, yaitu:
1. Tempat untuk kegiatan kerja hendaknya member kesempatan sepenuhnya kepada peneliti maupun informan.
2. Seorang peneliti harus yakin bahwa ia tidak membuat informannya terasing dalam suatu ruangan yang keadaannya mungkin asing sekali baginya.
3. Lebih bermanfaat bagi seorang peneliti, jika dari semua ia menentukan jadwa yang tetap bagi kegiatan kerjanya, khususnya dalam pemancingan data (Samarin, 1988: 163-164).
Peneliti harus memikirkan kenyamanan dari informannya sebelum proses pemancingan dilakukan. Jika informan merasa tidak nyaman dan asing dalam lingkungan penelitian, maka informan tidak akah betah berlama-lama bersama peneliti. Penentuan jadwal penelitian, khususnya pengumpulan data dapat memudahkan peneliti dan tidak memberikan kondisi yang terkesan mendadak pada informan. “Ada dua hal yang berlebihan yang harus dihindari dalam kegiatan kerja, yaitu bekerja terlalu cepat dan membuang-buang waktu agak lama tentang suatu analisis” (Samarin, 1988: 164). “Selain itu, hendaknya seorang peneliti tidak memulai suatu kegiatan kerja secara tiba-tiba” (Samarin, 1988: 165).

E. Jenis Teknik Pemancingan
Teknik pemancingan memiliki beberapa cara, sehingga muncullah jenis-jenis teknik pemancingan. “Jenis pemancingan ada dua, yaitu pemancingan terjadwal dan pemancingan analitis” (Samarin, 1988: 165).
Pemancingan yang terjadwal dimulai dengan kekuarangtahuan yang relatif atau penuh terhadap suatu bahasa yang sdang diselidiki, tetapi pemancingan itu sebenarnya sudah dimulai dari pengetahuan tentang sesuatu yang dapat diharapkan dalam segala bahasa secara universal. Hendaknya seorang peneliti mempersiapkan diri dengan informasi eksplisit sebanyak mungkin mengenai bahasa yang kita usulkan dalam studi lapangan. Adakalanya kita dapat memperoleh suatu jenis pedoman penelitian yang betul-betul cocok. Peneliti juga dapat menyusun kuisioner (Samarin, 1988: 165-168).
Pemancingan analitis selalu dimulai dengan data dalam bahasa yang sedang dipelajari . Sebagai contoh: data linguistik tertentu akan merangsang penyelidakan ke permasalahan yang lain, yaitu: mungkin perlu ditemukan lebih banyak contoh dari suatu morfem atau suatu konstruksi tertentu. Penelitian analitis dapat dianggap sebagai suatu cara coba-coba. Pemancingan analitis bersifat eksperimental. Kegunaan akhir pemandingan dalam penentuan arti akan di tangani dalam hubungannya dengan leksikografi lapangan (Samarin, 169-171).
Teknik pemancingan yang mana yang akan dipakai ditentukan oleh tiga faktor, yaitu tingkat penyelidikan yang dicapainya sendiri, jenis data yang dicarinya, dan bakat-bakat informan (Samarin, 1988: 172)
Ada beberapa teknik yang bisa dilakukan dalam pemancingan data. Teknik-teknik ini dianggap sebagai hal yang paling berguna, tetapi bukan berarti teknik inilah yang paling dianjurkan. Teknik-teknik pemancingan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemancingan terjemahan balik, prosedur kerjanya adalah memulai pemancingan dengan bentuk-bentuk dalam bahasa kontak yang disuruh terjemahkan ke dalam bahasa sasaran.
2. Pemancingan subtitusi, prosedur kerjanya adalah bekerja baik dengan bahasa kontak dengan menggunakan terjemahan balik maupun dengan bahasa yang sedang dipelajari, orang akan memancing sejumlah besar keterangan dengan jalan memanipulasikan unsur-unsur linguistik di dalam kerangka bahasa.
3. Pemancingan korektif, prosedur kerjanya adalah bila seorang peneliti tahu akan unsur linguistik apa yang sedang ditanganinya, tetapi tidak tahu bagaimana unsur-unsur itu berfungsi, ia sering akan merasa beruntung menyampaikan konstruksi-konstruksi kepada informan untuk dikoreksi.
4. Pemancingan tambahan, prosedur kerjanya adalah secara khusus dipakai dengan teks dan ini memang secara istimewa dianjurkan bila orang harus melakukan analisis jauh dari lapangan.
5. Pemancingan dengan paraphrase, prosedur kerjanya adalah mengatakan hal yang sama dengan cara yang lain.
6. Pemancingan tersembunyi, prosedur kerjanya adalah peneliti profuktif untuk merangsang informannya dalam cara-cara yang kurang tersusun secara struktural daripada apa yang telah diuraikan sebelumnya (Samarin, 1988: 172-180).

Proses pemancingan ini bisa diterapkan secara keseluruhan atau prosedur yang sesuai saja dalam penelitian bahasa lapangan. Teknik ini adalah sebagian dari seni untuk mendapatkan data secara mendalam, namun bila peneliti memiliki variasi atau pun teknik yang paling sesuai dengan kondisi daerah penelitian, maka peneliti dapat menggunakan tekniknya sendiri.
Selain jenis-jenis teknik pemancingan di atas, ada beberapa teknik pemacingan lain. Teknik-teknik pemancingan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teknik lanjutan bawahan: Lesap, teknik ini berangkat dari data awal, kemudian peneliti kemudian dicoba untuk mengembangkan data awal tersebut ke dalam beberapa tipe dengan menambah atau menghilangkan unsur-unsur dari data awal. Pemancingan tipe ini digunakan untuk mengetahui tipe-tipe kalimat yang serupa (mirip) dan mengenali tipe kata polimorfemis.
2. Teknik lanjtan bawahan: Ganti, teknik ini berangkat dari data awal, kemudian pemancingan dilakukan dengan cara memancing kreativitas informan dalam memunculkan data baru berdasarkan data yang telah ada sebelumnya dengan mengganti unsur yang menjadi objek penelitian. pemancingan tipe ini untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti dengan unsur pengganti, khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti.
3. Teknik lanjutan bawahan: Perluas, teknik ini berangkat dari data awal kemudian memperluas unsurnya untuk mengetahui kadar kesinoniman unsur lingual yang menjadi objek sasaran.
4. Teknik lanjutan bawahan: Sisip, teknik ini berangkat dari data awal kemudian memperluas unsur yang menjadi objek penelitian. pemancingan ini untuk mengetahui kadar keeratan hubungan antar unsur yang menjadi objek penelitian.
5. Teknik lanjutan bawahan: Balik, teknik ini berangkat dari data awal kemudian mengubah-ubah letak unsur yang menjadi objek penelitian dalam suatu deretan struktur. Pemancingan tipe ini untuk mengetahui kadar ketegaran letak suatu unsur ( Mahsun, 2011: 96-101).

F. Langkah-langkah dalam Pemancingan
Dalam melaksanakan pemancingan, perlu ditempuh langkah-langkah yang akan memudahkan peneliti dalam pengumpulan data. Adapun langkah-langkah dalam pemancingan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan. Jika dibandingkan, tidak ada “kegiatan” yang lebih penting dalam kegiatan kerja selain persiapan. Seluk beluk masalah yang dihadapi peneliti hendaknya diketahui dengan sejelas-jelasnya. Ada kalanya bermanfaat sekali untuk menjelaskan problemnya maupun cara menanggulanginya dalam bentuk memorandum pada diri sendiri. Memorandum tersebut jangan dianggap enteng sebab hal itu merupakan suatu bentuk uraian pendahuluan. Ini adalah tempat yang tepat untuk menekankan pentingnya laporan kemajuan secara periodik atau uraian-uraian ringkas berbagai aspek tata bahasa. Suatu penanganan data yang dimiliki seseorang secara sungguh-sungguh akan mengungkapkan beberapa banyak yang sudah diketahui dan apalagi yang perlu dipelajari. Langkah berikutnya adalah mengenai bentuk-bentuk dalam bahasa konteks yang akan memancing bentuk-bentuk yang diinginkan dalam bahasa sasaran. Si linguis harus mengerti sepenuhnya kekuatan dan keterbatasan alat pemancingan ini. Jika tidak demikian, ia akan tidak siap terhadap kesulitan-kesulitan informan dan tanggapan-tanggapannya yang tak diduga datangnya. Bila terdapat kemungkinan bahwa informan tidak mengerti suatu ungkapan, maka merupakan suatu tindakan yang bijaksana bila ia mempersiapkannya untuk itu. Hal ini ada kalanya dapat dilakukan secara tersembunyi.
2. Penyusunan Kata-kata. Jika orang sudah mengenal bahasa dengan cukup jauh, yaitu sampai ia dapat menulis dengan agak cepat dan tepat, maka ada baiknya ia menambah pengenalan kata-kata yang menjurus ke penyusunan kalimat yang ingin diperolehnya, misalnya, bila ia ingin memancing sebuah kalimat mengenai “istrinya pergi ke kota untuk membeli jagung” mungkin lebih dahulu dipancing mengenai “istrinya”, “istrinya pergi ke kota” dan “istrinya membeli jagung” prosedur seperti ini tentu lebih disukai daripada menyuruh informan mengulangi suatu kalimat berkali-kali sampai peneliti merasa puas bahwa ia telah merekamnya dengan tepat. Hal itu juga membuat peneliti menyadari problema-problema yang mungkin terdapat dalam kalimat.
3. Transkripsi. Dengan istilah ini kita maksudkan pencatatan sebagai data linguistik semua yang dikatakan informan dalam bahasanya sendiri. Semuanya itu akan dicatat dalam buku catatan komposisi (karangan), sama sekali tidak secara langsung di atas kertas-kertas selip lepas. Tiap ungkapan ditulis pada baris yang terpisah-pisah. Baris itu diberi spasi yang cukup untuk tempat menuliskan komentar-komentar jika perlu nanti di kemudian hari. Salah satu hal yang harus dicek oleh peneliti adalah kemungkinan bahwa ia sedang diberi ungkapan-ungkapan deskriftif yang berterus terang. Bila informan mengeluarkan ucapan-ucapan dalam dua atau tiga cara,variasi-variasi ini juga harus dicatat, sehingga ada dokumentasi yang cukup mengenai variasi-variasi itu. Dalam mencatat variasi-variasi itu, kita harus banyak memberikan perhatian kepada perasaan-perasaan informan. Bahkan, kejadian atau jawaban-jawaban yang bernada negative pun harus dicatat. Hal ini akan membuat informan merasakan pentingnya irama interaksi antara dirinya dan peneliti.
4. Ulangan. Mengadakan ulangan-ulangan dari suatu ucapan merupakan bagian yang eksplisit dari prosedur pemancingan. Ulangan-ulangan ini dilakukan secara tak sukarela yang dilakukan oleh informan atau peneliti sendiri. Informan yang mengulang-ulang sangat dianjurkan jika diperlukan, namun peneliti sebaiknya tidak mengulang-ulang karena akan menimbulkan kejenuhan. Ulangan-ulangan hendaknya diadakan dalam keadaan yang sama yang terdapat pada saat ucapan-ucapan aslinya dilakukan. Peneliti, sewaktu-waktu perlu mendengar berkali-kali kata-kata tertentu atau data yang ingin digali (Samarin, 1988: 181-191).


G. Menganalisis dan Mengecek Hasil Pemancingan

Sulit sekali menghindari pembicaran mengenai aspek-aspek analitis penelitian lapangan linguistik. Pernyatan saling ketergantungan dilakukan dengan jalan menyusun kategori pemancingan analitis. Hanya dengan memproses data sehari-hari dengan cara membandingkan dan menganalisisnya, kita baru dapat mengetahui apa lagi yang diperlukan untuk korpusnya. Ada nilai-nilai praktis lain dalam meneliti ulang dan membanding-bandingkan data, yaitu: orang akan terbiasa dengan bahan-bahannya dan peneliti akan melihat bagaimana transkipsinya berbeda-beda (Samarin, 1988: 191-192).
Pengecekan merupakan suatu bagian tetap dari kegiatan kerja dengan informan. Ini hanya menyangkut apakah transkripsi itu asli atau sudah tepat. Pengecekan merupakan bagian penting dari penelitian namun juga sekaligus merupakan pekerjaan yang membosankan. Harus ada pendekatan sistematis mengenai pengecekan. Sangat sedikit yang akan dicapai bila peneliti hanya membolak-balik catatan lapangannya untuk mencari tempat masalah yang ditandai untuk sekadar dicek dan dibanding-bandingkan (Samarin, 1988: 192).

H. Simpulan
Teknik pemancingan adalah Metode atau cara untuk mendapatkan keterangan atau data yang diperlukan yang berhubungan dengan seni berkomunikasi untuk menggali informasi secara mendalam.
Metode cakap adalah metode pengumpulan data dengan cara percakapan antara peneliti dan informan, dengan melakukan kontak antarmereka secara lisan. Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik pancing. Teknik pancing sebagai teknik dasar dibagi menjadi dua bagian yang merupakan teknik lanjutan. Adapun teknik lanjutan dari metode cakap ini sebagai berkut: percakapan langsung atau bersemuka (tatap muka) dan percakapan tidak langsung atau tansemuka (tidak tatap muka). Teknik cakap semuka juga dibarengi dengan proses teknik rekam. Teknik cakap semuka dan teknik cakap tansemuka memerlukan teknik lanjutan berikutnya, yaitu teknik catat.
Sifat dasar teknik pemancingan ini menjadi acuan juga dalam menyusun daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh seorang peneliti. Namun, pemancingan, juga dapat disusun dalam bentuk lisan dan spontanitas bergantung kondisi pada saat tatap muka. Ada tiga poin penting dalam memahami sifat dasar dari pemancingan, yaitu hasil pemancingan tuturan singkat, tidak semua tuturan bisa bermanfaat, dan hubungan manusiawi berkenaan dengan suasana hati antara peneliti dan informan.
Teknik pemancingan memiliki beberapa cara, sehingga muncullah jenis-jenis teknik pemancingan. Jenis pemancingan ada dua, yaitu pemancingan terjadwal dan pemancingan analitis.
Dalam melaksanakan pemancingan, perlu ditempuh langkah-langkah yang akan memudahkan peneliti dalam pengumpulan data. Adapun langkah-langkah dalam pemancingan adalah persiapan, penyusunan kata-kata, transkripsi, dan ulangan.
Pernyatan saling ketergantungan dilakukan dengan jalan menyusun kategori pemancingan analitis. Hanya dengan memproses data sehari-hari dengan cara membandingkan dan menganalisisnya, kita baru dapat mengetahui apa lagi yang diperlukan untuk korpusnya. Sedangkan, pengecekan merupakan suatu bagian tetap dari kegiatan kerja dengan informan. Ini hanya menyangkut apakah transkripsi itu asli atau sudah tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Kanisius.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

bagannya mana mas ?

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman