Blog ini masih dalam pengembangan. Berbagi tidak hanya berbentuk materi, tetapi berbagi tulisan pun dapat memberikan kebahagian tersendiri.

FILSAFAT PENELITIAN

Posted by Rizal Effendy Panga Sabtu, 02 Maret 2013 0 komentar


A. Pendahuluan

Manusia membentuk sejarahnya sendiri, tetapi tidak sesuka hatinya. Mereka tidak menyusunnya dalam suasana yang mereka pilih sendiri, melainkan dalam suasana yang langsung dihadapkan, disodorkan, dan dipancarkan dari masa lampau. Manusia memiliki kecenderungan untuk berpikir, bereksperimen, mencoba dan terus mencari sesuatu yang baru. Keinginan manusia ini menjadi semakin liar, ketika keinginan itu memaksa pikiran dan tubuhnya untuk bekerja sama untuk memuaskan kebutuhannya.
Manusia juga adalah makhluk yang gemar bertanya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang tidak ia ketahui atau hal-hal yang telah diketahui, tetapi ia belum memahami secara mendetail. Berpikir dan bertanya dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu. Berpikir didapat dari respon terhadap masalah dengan cara bertanya atau mengklarifikasi pokok permasalahan yang menjadi bahan pikirannya. Manusia selalu bertanya, karena didorong oleh rasa ingin tahu .Dari rasa keingintahuan itulah akan menimbulkan budaya meneliti.
Filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi; falsafah (KBBI Daring). Tejoyuwono dalam makalah Metodologi Peneltian dan Beberapa Implikasinya dalam Penelitian Geografi mengutif definisi filsafat dari beberapa ahli. Filsafat adalah suatu sistem pemikiran yang terbentuk dari pencarian pengetahuan tentang watak dan makna kemaujudan (eksistensi) (Hornby, dkk., 1974). Filsafat juga dapat diartikan sistem keyakinan umum yang terbentuk dari kajian dan pengetahuan tentang asas-asas yang menimbulkan, mengendalikan, dan menjelaskan tentang fakta dan kejadian (Anon, 1956).
Penelitan berasal dari kata teliti yang artinya mempelajari sesuatu secara teliti dan mendalam. Kegiatan meneliti dan mencoba dengan kemungkinan gagal (trial and error). Dalam bahasa Inggris penelitian dikenal dengan istilah research. Definisi Research adalah : systematic investigation to establish facts or a search for knowledge . Titik tekan suatu penelitian adalah menemukan secara sistematis fakta-fakta untuk menyusun pengetahuan. Fakta artinya suatu konsep yang membuktikan suatu kebenaran. Sedangkan pengetahuan artinya buah dari persepsi, belajar dan pertimbangan yang sehat secara akal budi. Jadi, penelitian adalah proses mencari bukti-bukti kebenaran lewat persepsi, belajar dan berfikir sehingga tertanamlah dalam jiwa kita suatu keyakinan yang kuat.
Penelitian tidak lain adalah ikhtiar manusia yang dilakukan dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi (Mahsun, 2007:1) Perlu diperhatikan, bahwa tidak semua upaya pemecahan masalah dapat disebut penelitian. Hal ini bergantung pada masalah yang ingin dicari pemecahan masalah yang dialami. Apabila masalah yang dicari jalan keluarnya adalah masalah biasa dan tidak perlu melakukan kajian secara mendalam dan dapat ditemukan jawabannya dalam waktu singkat, maka itu tidak bisa dikatakan sebagai penelitian.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, filsafat penelitian merupakan cara kerja pikiran untuk mengkaji, mencari, menyelidiki, menemukan dan menghasilkan sesuatu dari hal yang bersifat abstrak menjadi pengetahuan dan ilmu berupa konsep atau teori.
Filsafat penelitian merupakan cara kerja pikiran karena dalam menganalisis masalah yang ingin dicarikan solusi, bermula dari kegelisahan manusia untuk mengenali masalah yang dialaminya. Secara sadar atau tidak, setiap manusia yang mengalami masalah akan bereaksi terhadap masalah tersebut untuk mendapatkan jawaban atas masalah yang dihadapinya. Pencarian itu akan berakhir, jika manusia telah mendapatkan jawaban. Jawaban inilah yang akan membuat pikiran mereka dan hati mereka merasakan kedamaian dan kepuasan.
Filsafat penelitian merupakan upaya mengkaji, mencari, dan menyelidiki masalah yang dihadapi. Proses ini berupaya memaknai masalah secara empiris dan melakukan berbagai eksperimen untuk menghasilkan jawaban yang paling tepat untuk memahami permasalahan yang dihadapi.
Filsafat penelitian merupakan upaya menghasilkan konsep atau teori yang merupakan perwujudan dari penyelesaian masalah. Konsep yang dihasilkan tentunya berakar dari masalah yang dihadapi. Konsep inilah tujuan akhir dari proses berpikir manusia. Konsep ini juga yang dapat diterapkan dalam penelitian berikutnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.
Filsafat penelitian bersifat universal. Konsep penelitian tidak hanya digunakan oleh disiplin ilmu tertentu, namun digunakan untuk semua disiplin ilmu. Penelitian yang digunakan untuk meneliti suatu objek tertentu, tentunya berbeda jika diterapkan pada objek yang lain. Penjabaran tujuan penelitian inilah yang membuat cara kerja dan hasil dari peneltian berbeda.

B. Lahirnya Penelitian Kualitatif
Penelitian Kualitatif lahir karena adanya ketidakpuasan terhadap penelitian yang hanya berdasarkan pada alam dan matematis. Padahal jika ditelusuri lebih jauh lagi, tidak semua objek penelitian dapat dijelaskan secara saintis. Setting alamiah dirasakan kurang memberikan kebebasan dalam memahami fenomena yang terjadi.
Paradigma penelitian kualitatif sebagai pendekatan penelitian dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah. Paradigma penelitian kualitatif dilaksanakan melalui proses induktif. Penelitian kualitatif berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi, kategorisasi, dan deskripsi dikembangkan atas dasar masalah yang terjadi di lapangan. Penelitian ini dilakukan untuk memahami dan menjelaskan fenomena-fenomena yang telah berjalan dan sedang berjalan, menjelaskan data yang berbentuk lisan dan tulisan, menyediakan pemerhatian deskriftif yang sistematik dan berdasarkan pada konteks dan memberikan ruang kepada peneliti untuk belajar tentang sistem serta hubungan semua aktivitas dalam sistem tersebut (Iskandar, 2010: 187).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berpegang kepada paradigma naturalistik atau fenomenologi. Ini karena penelitian kualitatif senantiasa dilakukan dalam setting alamiah terhadap suatu fenomena. Penelitian kualitatif juga berpegang pada paradigma pluralistik dengan menggunakan berbagai macam teknik pengumpulan data sehingga memberikan rangkaian bukti yang diperlukan untuk meningkatkan kesahihan internal dan kesahihan eksternal. Penelitian kualitatif menjelaskan data secara sistematis berdasarkan pengalaman hidup dan kenyataan lapangan (empiris).
Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada dalam kehidupan alamiah dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena: apa yang terjadi, mengapa terjadi, dan bagaimana terjadinya. Riset kualitatif berbasis konsep mengeksplorasi dengan melibatkan sejumlah kasus atau kasus tunggal. Sehingga, diharapkan penelitian ini dapat membuat fakta mudah dipahami dan jika memungkinkan dapat menghasilkan hipotesis baru.
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan data yang valid, reliable, dan objektif tentang fenomena-fenomena yang berlaku (variable yang diteliti). Penelitian kualitatif memiliki karakteristik atau ciri-ciri utama, sebagai berikut: peneliti terlibat secara langsung dengan setting sosial penelitian; bersifat deskriptif; menekankan makna proses dari pada hasil peneltian; menggunakan pendekatan analisis induktif; peneliti merupakan instrument utama (Iskandar, 2010:191).
Peneliti kualitatif harus berada dan menjadi bagian dari penelitian yang dilakukan. Kehadiran seorang peneliti ditengah-tengah kehidupan objek penelitiannya akan memberikan pengaruh yang kuat dalam mendeskripsikan hasil dari penelitiannya. Peneliti harus menyatu dengan kehidupan baik dari kondisi lahir dan psikis dengan objek penelitiannya.
Penelitian kualitatif bersifat deksriftif karena dalam proses penelitian dan pengumpulan data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah data sosial baik berupa hasil wawancara, gambar atau foto, dokumen-dokumen pribadi, dan lain-lain. Data ini hanya bisa dipahami jika peneliti memberikan gambaran yang rinci tentang fakta yang ia temui, kemudian fakta ini diolah dan dideskripsikan. Hasil pendeskripsian inilah yang akan membuat fakta mudah dipahami oleh orang lain.
Penelitian kualitatif lebih ditekankan pada saat proses meneliti. Proses inilah yang menjadi objek analisis sehingga menghasilkan hipotesis. Peneliti hanya mentranskripsikan proses kepada hasil penelitian. Ini dilakukan untuk mengatasi dan memprediksi masalah yang menjadi objek penelitian.
Analisis induktif dalam penelitian kualitatif dimulai dari pengamatan fenomena-fenomena secara empiris, kemudian mempolakan, menafsirkan hasil penelitian dan diinterpretasikan atau dimaknai sebagai hasil kesimpulan untuk menbangun teori dan hipotesis (Iskandar, 2010:192). Peneliti membangun teori dengan cara menghubungkan fenomena-fenomena atau fakta-fakta informasi yang dipelajari di lapangan, informasi tersebut dianalisis atau diseleksi dan dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan, dengan demikian data yang dikumpulkan mengenai pertanyaan-pertanyaan dianalisis berupa pengelompokan dan pengkategorian data, disajikan, ditafsirkan dan ditarik kesimpulan.
Penelitian kualitatif mengkaji dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, studi kasus, penelitian grounded theory (membangun teori), dan penelitian etnografi. Di dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrument utama. Peneliti harus memahami dan menguasai objek yang diteliti. Peneliti harus mampu menetapkan fokus penelitian, memilih informan yang mampu memberikan data, menngumpulkan data, menilai vaiditas data, menyajikan data, melakukan verifikasi, dam membuat sebuah kesimpulan sebagai hasil temuan di lapangan sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti.
Ada sebuah pertanyaan sederhana. Mengapa penelitian kualitatif diperlukan? Ada dua alasan mengapa penelitian kualitatif diperlukan. Pertama, objek bidang kajian penelitian ini ‘bebas nilai’, artinya objek penelitian bergantung pada nilai-nilai, budaya, norma, dan prilaku yang berkembang di masyarakat. Kedua, tidak semua nilai, prilaku, dan interaksi sosial dapat ditafsirkan secara kuantifikasi. Dalam kehibupan sosial akan terjadi multitafsir sehingga tidak bisa dideskripsikan hanya berdasarkan angka dan perhitungan yang bersifat saintis (kealaman). Sebagai contoh, ‘4x6’, jika dilihat dari segi matematis, maka kita pasti menjawab dengan menyebutkan angka 24 sebagai jawaban atas persoalan tersebut. Namun berbeda bagi orang-orang yang berprosesi sebai afdruk foto, ‘4x6’ memiliki makna ukuran, sehingga hal ini tidak bisa dipecahkan secara matematis karena jawabannya bukan 24 tetapi bisa dideskripsikan menjadi Rp. 1.000,-/lembar atau yang lain bergantung dengan kondisi sosialnya.

C. Penelitian dan Pencarian Kebenaran
Semangat meneliti adalah semangat untuk memperkokoh keyakinan. Seorang materialis mengadakan penelitian untuk memperkokoh keyakinan matrealisnya. Tentu saja bagi seorang materialis, materialisme adalah pokok dan pangkal kebenaran baginya. Diantara pokok dan pangkal itu disusunlah pengetahuan apapun untuk membela materialisme. Dihantamnya pengetahuan apapun yang tidak sejalan dengan materialisme. Sains itu tidak netral dari nilai, tetapi penuh dengan nilai. Oleh karena itu, sebelum membangun semangat meneliti, bangunlah dahulu semangat memperkokoh keyakinan.
Penelitian menuntut penelitinya untuk berpikir dan memahami persoalan yang ditelitinya. Proses ini mengarahkan peneliti untuk berfikir, menalar, memberikan definisi, dan asumsi. Proses ini juga mengarahkan peneliti untuk tidak mudah percaya begitu saja terhadap apa yang dilihat sebelum dilakukan berbagai uji dan analisis untuk menganalisis masalah tersebut.
Berpikir adalah kegiatan penalaran untuk mengeskplorasi pengalaman dengan suatu maksud tertentu. Makin luas pengalaman (pengetahuan) yang dieksplorasi, makin jauh dan mendalam juga proses berpikir yang harus dijalani. Proses berpikir ini dimaksudkan untuk mengabstraksi objek penelitian menjadi sebuah hipotesis atau infomasi. Berpikir adalah sumber segala pengetahuan, pengetahuan yang dihasilkan memberikan umpan balik pada proses berpikir, sehingga ada interaksi antara proses berpikir dan pengetahuan. Makin tinggi taraf berpikir, makin tinggi taraf berpikir yang dikerjakan. Makin tinggi taraf berpikir yang dikerjakan, makin tinggi tingkat pengetahuan yang dapat dicapainya. Taraf berpikir menentukan tingkat pengetahuan, sebaliknya tingkat pengetahuan menentukan taraf berpikir.
Bagian terpenting berpikir adalah kecerdasan mengupas (critical intelegence). Kecerdasan ini membentuk gagasan dasar atau konsep yang dterapkan pada data untuk memberikan arti kepada data yang diteliti. Data yang telah diberi arti diolah menjadi gagasan dasar. Proses umpan balik ini berlangsung terus sampai terbentuk pola berpikir yang mantap didalam otak. Pola berpikir membuat putusan yang diwujudkan menjadi tindakan. Pola ini memiliki mekanisme umpan balik dari keluaran menjadi masukan kembali yang mengatur keluaran berikutnya disebut proses sibernetik. Lingkungan sebagai sumber data merupakan kenyataan yang bulat. Lingkungan menjadi sekumpulan konsep dengan pemeriannya.
Pola berfikir mengupas terbentuknya berdasarkan: ontology ilmu, epistemologi, dan aksiologi ilmu. Ontologi ilmu adalah suatu analisis filsafat tentang kenyataan atau kemaujudan yang berkaitan dengan hakekat ‘ada’. Epistemologi adalah suatu teori tentang pengetahuan yang berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan dan metode keilmuan. Aksiologi ilmu adalah suatu teori tentang nilai dan makna. Dalam penelitian ontologi ilmu membahas hal apa yang ingin diketahui, epistemologi ilmu membahas hal bagaimana memperoleh pengetahuan yang diinginkan, dan aksiologi ilmu membahas hal apa mengenai nilai dan makna (manfaat) pengetahuan tersebut.
Nalar (reason) ialah daya atau bakat memahami dan menarik kesimpulan. Dengan nalar, orang dapat menyajikan gagasan atau pendapat secara tertib, teratur, berurut, dan mengikuti struktur yang mantik (logical). Mantik (logic) ialah kajian tentang metode dan asas yang digunakan membedakan penalaran baik atau benar dengan yang buruk atau tidak benar. Dengan nalar, ilmu dapat berfungsi menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan atau kejadian.
Ada dua bentuk dasar penalaran, yaitu deduksi dan induksi. Deduksi berpangkal pada suatu pendapat umum berupa teori, hukum, atau kaidah dalam menyusun suatu penjelasan tentang suatu kejadian khusus atau dalam menarik suatu kesimpulan. Dedukti bertujuan untuk kesahihan (validity) pendapat atau kesimpullan, dan bukan kebenarannya. Akan tetapi penelitian yang semata-mata didasarkan atas penalaran deduktif kurang subur, karena tidak dapat membawa kita ke pembentukan pendapat atau teori baru. Induksi berpangkal pada sejumlah data empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori, atau kaidah yang berlaku umum. Kesahihan pendapat induktif ditentukan secara mutlak oleh kebenaran fakta yang dijadikan pangkal penalaran. Induksi dapat membuka peluang menciptakan teori baru dan karena itu produktif penelitian. Dengan menggabungkan deduksi dan induksi menjadi satu kesatuan struktur penalaran akan diperoleh hasil yang lebih bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Teori takrif juga disebut teori definisi. Menurut Copi (1978), ada lima maksud membuat takrif (definition): menambah kosakata, menghilangkan kedwiartian (ambiguity), mengurangi kesamaran arti suatu istilah, memberi penjelasan teori, dan mempengaruhi sikap orang lain, menarik simpati umum, membangkitkan emosi rakyat, membenarkan pendapat. Ada lima kaidah yang lazim diikuti dalam membuat suatu takrif (definisi) leksikal, yaitu: harus dapat menyatakan tanda-tanda pengenal hakiki jenis objek yang membedakannya dengan objek yang lain; tidak boleh bersifat melingkar atau tidak boleh menggunakan antonim dan sinonim; tidak boleh terlalu lebar atau terlalu sempit dalam merangkum maknanya sebenarnya; tidak boleh dinyatakan dalam bahasa ambigu, samarr-samar atau kiasan; dan tidak boleh bernada negatif.
Asumsi ilmu selalu mempunyai asumsi. Asumsi adalah latar belakang intelektual suatu jalur pemikiran. Ada tiga jenis asumsi, yaitu: Aksioma adalah suatu pernyataan yang disetujui umum tanpa memerlukan pembuktian karena kebenarannya sudah membuktikan sendiri; Postulat adalah pernyataan yang dimintakan persetujuan umum untuk pembuktian atau fakta yang hendaknya diterima saja sebagaimana adanya; dan Pangkal pendapat (Premise) tersamar dalam suatu entimen. Asumsi berguna sebagai jembatan untuk melompati suatu bagian jalur penalaran yang hamfa fakta atau data.
Metode keilmuan sama untuk semua bidang ilmu. Yang berbeda ialah tata cara pelaksanaan penelitian dan teknik pengumpulan data. Metode keilmuan memiliki tiga asumsi: objek empirik mempunyai keserupaan satu dengan yang lain; objek empirik bersifat nisbi (terukur) selama jangka waktu pengamatan tertentu; setiap gejala bukan kejadian kebetulan, melainkan ada sebab yang menghadirkannya.
Dalam dunia keilmuan terdapat aliran besar, yaitu: aliran rasionalisme dan aliran empirisme. Rasionalisme meletakkan daya nalar sebagai pemandu tunggal dalam pengajian. Empirisme meletakkan pengalaman dan pegamatan sebagai landasan pengajian. Rasionalisme dapat menimbulkan kontroversi karena kebenaran tidak sama bagi semua orang. Empirisme memberikan arti kepada gejala sebatas jangkauan pengalaman yang dimiliki dan pengamatan yang dapat dilakukan, sehingga pernyataannya tidak tuntas dan beraneka karena beda penafsiran.
Metode keilmuan meggabungkan kedua aliran tersebut. Dengan rasionalisme, metode keilmuan memperoleh landasan pemikiran terpadu dan mantik yang kuat, sedangkan empirisme memperoleh kerangka pengujian fakta dan konteks tinjauan yang nyata dalam memastikan kebenaran. Rasionalisme menjadi sumber teori, sedangkan empirisme menjadi sumber fakta. Kerangka pemikiran Einstein menunjukkan bahwa fakta membentuk pengetahuan (empiris, induksi), dan pada gilirannya pengetahuan menghasilkan fakta (rasionalisme, deduksi). Maka ilmu itu terdiri atas,: fakta dan teori.
Metode Keilmuan memiliki cirri: mantik dan fikiran sehat; asumsi sebagai latar belakang hipotesis; empirisme dan induksi sebagai pembuktian; rasionalisme dan deduksi untuk menyimpulkan dan membuat pernyataan; implikasi (sesuatu yang dianggap ada); inferensi (kelanjutan dari yang ada). Ciri khas ilmu sebagai hasil telaah metode keilmuan harus menuntut pengujian pendapat, terbuka, tersurat (berkonteks), dan kumulatif (berkelanjutan).

D. Simpulan
Filsafat penelitian merupakan Landasan pemikiran dalam upaya mengkaji, mencari, menyelidiki, menemukan dan menghasilkan sesuatu dari hal yang bersifat abstrak menjadi pengetahuan dan ilmu berupa konsep atau teori. Filsafat penelitian bersifat universal. Konsep penelitian tidak hanya digunakan oleh disiplin ilmu tertentu, namun juga digunakan oleh disiplin ilmu yang lain. Landasan pemikiran pada penelitian terhadap suatu objek tertentu tentunya berbeda dengan landasan pemikiran yang diterapkan pada objek lain. Hal inilah yang membuat cara kerja dan hasil dari penelitian berbeda.
Lahirnya penelitian kualitatif karena adanya ketidakpuasan terhapad penelitian yang hanya berdasarkan pada alam dan saintis. Padahal tidak semua objek penelitian dapat dijelaskan secara saintis. Hal ini dirasakan kurang memberikan kebebasan dalam memahami fenomena yang terjadi. Paradigma penelitian kualitatif berpegang pada paradigma naturalistik dan fenomenologi. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data yang valid, terukur, dan objektif tentang fenomena-fenomena yang berlaku.
Peneltian kualitatif memiliki karakteristik umum, yaitu: peneliti terlibat secara langsung dengan setting sosial penelitian; bersifat deskriftif; menekankan pada makna proses daripada hasil penelitian; menggunakan pendekatan induktif; dan peneliti merupakan instrument utama. Ada pertanyaan sederhana, mengapa penelitian kualitatif diperlukan? Ada dua alasan, yaitu: objek kajian penelitian ini ‘bebas nilai’ dan tidak semua nilai, perilaku, dan interaksi sosial dapat ditafsirkan secara kuantifikasi.
Semangat meneliti adalah semangat untuk memperkokoh keyakinan. Penelitian menuntut penelitinya untuk berpikir dan memahami persoalan yang ditelitinya. Proses ini mengarahkan peneliti untuk berpikir, menalar, memberikan definisi, asumsi, dan menggunakan metode keilmuan agar penelitian mengarah pada sebuah pencarian kebenaran dan tidak mudah begitu saja percaya tanpa dilakukan uji dan analisis terhadap objek yang diteliti.


DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitatif Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Iskandar. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: GP-Press.

Jalaludin & Abdullah Idi. 2010. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Yogyakarta: Arruz-Media.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

http://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2009/08/04/filsafat-penelitian/

http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1991/1991%20meto.pdf

http://eprints.undip.ac.id/577/1/FILSAFAT__DAN_METODE_PENELITIAN_ KUALITATIF .pdf







0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman